Jumat, 01 Maret 2013

Cinta Rasul

Kajian Islam Cinta Rasul




AKHLAK KEPADA RASUL
Ketika seseorang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, ada banyak konsekuensi yang harus ditunjukkannya dalam hidup ini. Disamping harus berakhlak baik kepada Allah SWT manusia juga harus berakhlak baik kepada Rasulullah SAW. Walaupun beliau sudah wafat dan kita tidak pernah bisa berjumpa dengannya secara fisik, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul SAW. tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

Namun demikian, ada banyak hal yang harus kita lakukan sebagai bentuk berakhlak baik kepada Rasulullah SAW.

1.    Ridha Dalam Beriman.

Beriman kepada Rasul merupakan salah satu dari rukun iman. Karena itu, setiap muslim harus ridha dalam beriman kepadanya dan ini akan membuat keimanan terasa menjadi nikmat sehingga apa yang menjadi konsekuensi iman bukan sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan untuk membuktikannya, Rasulullah Saw bersabda:

ذَاقَ طَعْمَ اْلإيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَباًّ وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِياً وَرَسُوْلاً

Kelezaman iman dirasakan oleh orang yang ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul (HR. Muslim).

2.    Mencintai Rasul.

Setiap muslim yang berakhlak baik kepada Rasul Saw niscaya akan mencintai beliau dalam kehidupan di dunia ini. Kecintaan kepada Rasul merupakan urutan kedua setelah kecintaan kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an:

قُلْ إِنْ كَانَ ءَابَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَجِهَادٍ فِى سَبِيْلِهِ فَتَرَبَّصُوْا حَتىَّ يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah, Rasul-Nya dan (dari) berjijhad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (QS 9:24).

Bahkan dalam satu hadits beliau bersabda yang menganggap orang yang tidak lebih mencintainya sebagai orang yang tidak beriman:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَّفْسِهِ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga aku lebih dicintai daripada dirinya sendiri, anak serta orang tuanya serta manusia seluruhnya (HR. Bukhari dan Muslim).

3.    Mengikuti dan Mentaati.

Kesiapan untuk mengikuti Rasulullah Saw dalam hidup ini merupakan bentuk akhlak yang mulia kepada beliau, sikap ini merupakan salah satu faktor yang membuat manusia bisa memperoleh kecintaan dari Allah Swt sehingga Diapun akan memberikan ampunan bila kita melakukan kesalahan, Allah Swt berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31).

Mengikuti dan mentaati Rasulullah Saw merupakan sesuatu yang bersifat mutlak, karenanya manusia tidak bisa mencapai kemuliaan tanpa ketaatan, untuk itu jangan sampai manusia mendahului ketentuan Allah Swt dan Rasul-Nya, Allah berfirman:

يَآءَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لاَ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 49:1).

Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaanya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul  sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah Swt, di dalam Al-Quran, Allah Swt berfirman: 

مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا

Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).


Di dalam ayat lain, Allah Swt berfirman:

يَآءَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا أَطِيْعُ اللهَ وَأَطِيْعُ الرَّسُوْلَ وَلاَ تُبْطِلُوْا أَعْمَالَكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul  dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu (QS 47:33).

Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita miliki, Allah Swt berfirman:

وَمَنْ يُّطِعِ اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ  مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُوْلَئكَ رَفِيْقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang yang mati syahid dan orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).

Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah Saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa masuk ke dalam surga, Rasulullah Saw bersabda:

كُلُّ أُمَّتِى يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى. قِيْلَ: مَنْ يَأْبَى يَارَسُوْلَ اللهِ؟. قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ أَبَى

Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Sahabat bertanya: “Siapa yang tidak mau ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: Siapa yang taat kepadaku ia masuk surga dan siapa yang durhaka kepadaku, ia termasuk orang yang tidak mau (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra).

Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman, beliau bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (syari’at Islam). (HR. Thabrani).

4.    Bershalawat.

Bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan, bahkan diperintah oleh Allah Swt karena Allah Swt dan para malaikat juga bershalawat, hal ini terdapat dalam firman Allah:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam perhormatan kepadanya (QS 33:56).

Bahkan bila kita bershalawat kepada Nabi, maka Allah Swt bershalawat lebih banyak lagi kepada kita hingga sepuluh kali lipat, Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali lipat (HR. Ahmad).

Bila bershalawat kepada nabi diperintahkan oleh Allah Swt kepada orang-orang yang beriman, maka hal itu menjadi lebih ditekankan lagi untuk dilakukan pada hari Jum’at, Rasulullah Saw, bersabda:

اَكْثِرُو وَالصَّلاَ ةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمْعَةِ فَإ نَّهُ مَشْهُوْدٌ تَشْهَدُهُ الْمَلاَ ئِكَةُ وَاِنَّ اَحَدًا لَنْ يُصَلىِّعَلَىَّ اِلاَّ عُرِضَتْ عَلَىَّ صَلاَتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا.

“Perbanyaklah shalawat untukku pada hari Jum’at, karena sesungguhnya shalawatmu disaksikan Malaikat dan sesungguhnya seseorang tidaklah membaca shalawat kepadaku melainkan do’a shalawatnya itu ditampakkan kepadaku sampai ia selesai membacanya” (HR Ibnu Majah dari Abi Darda)

Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya para hari kiamat, beliau bersabda:

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاَةً

Sesungguhnya orang byang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi).

            Oleh karena itu, orang yang tidak mau bershalawat kepada Nabi, apalagi saat namanya disebut, maka ia dianggap sebagai orang yang bakhil atau kikir, hal ini dinyatakan dalam sabda beliau:

أَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِّرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak mengucap shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

sumber: ta'lim dan media kajian agama Islam.










5.    Menghidupkan Sunnah Rasul.

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah. Karena itu, kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah agar tidak sesat dan waspada terhadap kemungkinan dilakukannya bid’ah atau sesuatu yang diada-adakan dalam perkara ubudiyah padahal pada masa Rasul tidak ada, beliau bersabda:

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَآءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوْبِهَاوَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِدِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ    

Sesungguhnya siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu, kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).

Di dalam hadits yang lain, beliau juga bersabda:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَاتَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِى (رواه أبو داود)

Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, yang kalian tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh dengannya, yaitu: kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnahku (HR. Hakim).

6.    Menghormati Pewaris Rasul.

Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya, Allah Swt berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَآءَ. إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).

Kedudukan ulama yang takut kepada Allah Swt sebagai pewaris Nabi disebutkan dalam sabda Nabi Saw:

وَإِنَّ الْعُلُمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَجَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ  

Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian yang besar (HR. Abu daud dan Tirmidzi)

Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama  karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.

7.    Melanjutkan Misi Rasul.

Misi utama Rasul adalah berdakwah, yakni menyeru dan mengajak manusia untuk beriman dan tunduk kepda Allah Swt. Tugas ini merupakan hal yang amat penting dan dibutuhkan oleh manusia. Orang baik membutuhkan dakwah agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kebaikannya, sedangkan orang yang belum baik lebih membutuhkannya lagi agar bisa memperbaiki dirinya. Karena itu dakwah menjadi tugas bagi setiap muslim sebagaimana tercermin dalam hadits Nabi Saw:

بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوْا عَنْ بَنِى إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَى مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi).

            Manakala dakwah bisa kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, maka kita akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah dengan dikelompokkan ke dalam kelompok umat yang terbaik (khairu ummah) sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah (QS 3:110).

            Disamping itu, orang yang berdakwah juga akan memperoleh pahala yang amat besar, hal ini karena dalam satu hadits Rasulullah Saw menyatakan:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرِ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِفَاعِلِهِ.

Barangsiapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi).

            Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang-orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.







Semoga menjadi manfaat dan tambah keimanan kita, serta selalu Cinta akan Rasul Utusan Allah SWT.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar